May 11, 2012
April 26, 2012
REVOLUSI INDONESIA (Part 2)
Tindakan Bung Karno jelas nggak disenengin boss-boss besar perusahaan
minyak asing, apalagi Bung Karno berhasil rebut Irian Barat, gertak
Imperialis Inggris, bilang ke Malaysia, “Revolusi Indonesia adalah
lonceng kematian imperialisme” dalam ancamannya ke Malaysia Bung Karno
berpidato yang konteks-nya amat berjangkauan panjang “sebab het wezen
atau inti daripada imperialisme adalah, membuat bangsa-bangsa tidak
berdiri di atas kaki sendiri. Prinsip inti imperialisme ialah membuat
bangsa-bangsa memerlukan barang-barang bikinan imperialis, memerlukan
persenjataan pihak imperialis, memerlukan bantuan pihak imperialis”
Disini Bung Karno sudah memperkirakan bahwa pada akhirnya akan ada
bentuk NeoImperialisme dalam bentuk Modal yang membuat bangsa-bangsa
‘lemah modal’ bergantung pada bangsa ‘kuat modal’.
Keberanian Bung
Karno ini kemudian bikin marah boss-boss minyak asing, apalagi Bung
Karno bisa rebut Irian Barat dengan diplomasi gertak tanpa harus
menembakkan sebiji rudal-pun. Setelah Irian Barat takluk, Negara barat
pun menggunakan taktik intelijen dan kontra intelijen buat ngadepin Bung
Karno, akhirnya Bung Karno jatuh beneran di tahun 1967. Dia diinternir,
setelah kejatuhan Bung Karno masih ada Ibnu Sutowo yang mati-matian
masih pegang amanat Bung Karno bikin Permina besar, semasa awal Orde
Baru nama Permina diganti jadi Pertamina, Suharto sendiri belum
menemukan orang sehebat Ibnu Sutowo yang bermodalkan hanya tambang
minyak tua di Pangkalan Brandan dengan empat meja dan lima kursi serta
tiga sepeda bisa membangun kilang minyak terbesar di Asia. Saat itu Ibnu
berambisi menjadikan Pertamina sebagai perusahaan minyak raksasa,
sebagai pendorong ekonomi nasional, semua lini industri dimasuki
Pertamina untuk memancing perekonomian swasta bergerak, mulai dari Real
Estate, Pangan sampai pada Rumah Sakit, dibawah jaringan Pertamina. Ibnu
juga berani maen spekulasi, ia bangun LNG, gas cair yang ditertawakan
pembesar Jepang, tapi Ibnu berhasil dengan spekulasi itu, lalu Ibnu
dijebak pada pembatalan pinjaman jangka panjang, Ibnu dituduh korupsi,
Pak Harto juga takut bila Ibnu besar maka akan mudah membiayai
lawan-lawan politiknya, saat itu rivaal Suharto masih kuat dan awalnya
mereka dulu atasan Suharto seperti Nasution, Bung Hatta atau Sri Sultan
HB IX, Suharto juga takut dengan anak buahnya yang naik daun macam
Jenderal Mitro, Jenderal Jusuf ataupun Jenderal Ali Moertopo, semua
adalah ancaman Suharto dalam merebut Istana Merdeka dari tangan Suharto.
Mundurnya Ibnu Sutowo, juga berarti hancurnya rencana besar minyak
nasional yang berencana bukan saja sebagai Perusahaan Minyak terbesar di
Asia, tapi Perusahaan Minyak terbesar di dunia.
Kini saya hanya
mengelus dada, melihat SPBU-SPBU asing itu menguasai pinggir-pinggir
jalan raya, bahkan untuk menguasai pasar retail saja orang Indonesia
tidak bisa menjadi Panglima-nya. Kini orang Indonesia dipaksa beli
Pertamax oleh pemerintahan budak asing ini, padahal persediaan Premium
masih berlimpah, Pemerintah hanya ingin jual Premium ke pasar spekulasi,
banyak orang Indonesia susah karena didikte atas kemauan Pasar Bebas.
Benar kata Bung Hatta di masa lampau di tahun 1954 ketika berpidato di
depan Pabrik Tekstil milik pengusaha Indonesia yang baru aja diresmikan
sendiri oleh Bung Hatta “Apalah arti Kemerdekaan bila orang Indonesia
tak punya hak-hak ekonomie-nya?”
REVOLUSI INDONESIA (Part 1)
Dulu saya sering heran kalo liat SPBU macem Shell, Petronas dan SPBU asing lainnya yang berjajar di pinggir jalan, mereka berdagang tapi nggak ada yang beli, apa mereka untung? Tapi kenapa mereka membangun gedung yang megah walaupun pelangganya nyaris dikatakan kosong melompong, tak ada mobil yang mau belok ke SPBU asing yang cuman jualan Pertamax. Kini saya baru mengerti ternyata itu diskon atas ...investasi yang mereka lakukan, lalu bagaimana mereka bisa yakin berbisnis di Indonesia, ternyata mereka memang udah tau arah perkembangan ekonomi politik kita sekarang, regulasi minyak kita mengarah pada Pasar Bebas, Pemerintah lebih suka menjual premium ke pasar spekulasi NYMEX, ketimbang nyalurin ke rakyatnya sendiri. Jadi saya paham bagaimana kemudian 40 perusahaan asing memegang beslit lisensi 20.000 hak pembangunan SPBU, ini artinya nanti bakal ada 800.000 SPBU asing bermain di pasaran distribusi ritel.
Rupanya kita harus belajar ‘Ilmu Sinyalemen, Ilmu Pertanda’. Adanya SPBU asing, regulasi yang dipermainkan dan trik-trik politik dagang yang dikenalkan ke ruang publik adalah bagian besar penggiringan ekonomi Indonesia ke dalam pasar bebas yang mendikte ruang ekonomi rakyat. Untuk memahami ini dan memeriksa kenapa bangsa kita jadi budak asing dan bego begini tak mengerti bagaimana membangun pasar sendiri, kita juga harus mengerti sejarah, dulu di tahun 1960 Bung Karno mengundang Chaerul Saleh, Achmadi, Djuanda Kartawidjaja, Ibnu Soetowo dan Jenderal Nasution ke Istana Negara pada suatu pagi, mereka ngobrol tentang politik minyak bumi nasional. “Aku ingin Permina menjadi Perusahaan minyak raksasa, perusahaan yang mampu berdikari, mampu menopang perekonomian Indonesia, Permina bisa digunakan sebagai alat pertama dalam membangun ekonomie Indonesia, seluruh perusahaan minyak asing yang ada di Indonesia ini saya tekan harus bantu Permina, selain bisa ngebor minyak sendiri, membangun rafinerij-nya (rafinerij =kilang, bahasa Belanda), juga mampu membangun jaringan distribusinya, dari situ kemudian terbentuk Pasar bangsa sendiri”.
Bung Karno adalah Presiden RI yang terobsesi membangun perekonomian Indonesia yang kuat, Indonesia mampu membangun pasar-pasarnya sendiri, perekonomiannya harus dipegang “Orang Indonesia sebagai Panglima” seperti yang ia bilang pada Dasa’at ketika ia didatangi Dasa’at yang baru saja pulang dari kunjungan bisnis di Amerika Serikat dan membawakan dasi serta parfum Shalimar, parfum kesukaan Bung Karno : “Heh, Dasa’at aku ini bermimpi membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang bisa membangun seluruh jaringan pasar-pasarnya sendiri di semua kota, seluruh perdagangan dipegang orang Indonesia, pendek kata “Orang Indonesia harus jadi Panglima atas ekonomie Indonesia”. Itulah mimpi Bung Karno, dan ia bertarung dalam mimpi itu. Ia bikin Revolusi, ia jungkir balikken keadaan. Bung Karno bilang “Kebudayaan yang Berkepribadian, akan menyokong kesejahteraan, ia bukan sadja penjumbang peradaban dunia, tapi djuga penjumbang ekonomie bagi bangsanja” Bung Karno berkata itu kemudian benar adanya, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Korea Selatan mampu menjadikan produk budaya mereka sebagai sumber ekonomie besar yang menyumbang kesejahteraan bangsanya.
January 31, 2012
I Promise My Self
To be so STRONG that nothing can disturb my PEACE of mind.
To talk HEALTH, HAPPINESS, and PROSPERITY to every person I meet.
To make all my friends feel that there is something WORTWHILE in them.
To look at the SUNNY SIDE of everything and make my OPTIMISM come true.
To think only of the BEST, to work only for the best,
and to expect only the best.
To be just as ENTHUASTIC about the SUCCESS of
others as I am about my own.
To FORGET the mistakes of the past and press on the
GREATER ACHIEVEMENTS of the future.
To wear a CHEERFUL EXPRESSION at all times and give a SMILE
to every living creature I meet.
To give so much time to IMPROVING myself that
I have NO TIME to criticize others.
To be too large for worry, too noble for anger, too strong for fear,
and too happy to permit the presence of trouble.
To THINK WELL of myself and to PROCLAIM this fact to the world,
not in loud words, but in GREAT DEEDS.
To LIVE in the FAITH that the whole world is on my side,
so as long as I am true to THE BEST THAT IS IN ME.
Sincerely signed by me;
Rony Woly
Subscribe to:
Posts (Atom)